Wellcome To Web Mee Tribe West Papua New Guinea Melanesian Pacific

MAMA MASIH INGAT SAAT MAMA PULANG DARI KEBUN

 MAMA MASIH INGAT SAAT MAMA PULANG DARI KEBUN

Oleh: Linus Degei - Papuans Design Graphica


Di sebuah kampung kecil yang tersembunyi di antara bukit dan hutan Papua, berdirilah rumah-rumah adat beratap daun pondang, berdinding kayu. Di sanalah aku dibesarkan — di tanah yang jauh dari kota, tapi penuh dengan cinta dan cerita.
Setiap sore, suasana kampung begitu tenang. Hanya ada suara angin menyapu pepohonan dan burung-burung yang kembali ke sarangnya. Langit jingga perlahan menyelimuti atap-atap rumah yang berjejer di sepanjang jalan tanah merah.
Kami anak-anak kecil biasanya duduk di depan rumah menanti. Menanti langkah yang kami kenal baik. Langkah mama.
Mama selalu pulang dari kebun dengan noken penuh hasil bumi: tebu manis yang masih berembun, ubi yang hangat dari tanah, kacang yang harum saat dikeringkan. Ketika mama muncul dari balik semak, kami berlari menyambutnya — tertawa, berteriak kecil, berebut ingin memeluk. Tapi aku paling cepat. Aku tahu kalau masuk rumah lebih dulu, aku akan dapat bagian pertama.
Sore itu seperti sore-sore lainnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya berbeda. Sore itu, mama tampak lebih lelah dari biasanya. Keringat mengalir dari wajahnya, dan noken di pundaknya begitu berat. Tapi senyumnya tetap hangat, seperti matahari yang mulai turun di balik bukit.
Sementara di dalam rumah, bapa sudah menyalakan api besar. Asap menyelimuti seluruh ruangan, menghangatkan dinding-dinding kayu yang lembap. Bau kayu terbakar bercampur dengan wangi tanah dan makanan dari kebun. Suasana yang membuat rindu pulang, bahkan sebelum pergi.
Aku duduk di pojok rumah, memegang sepotong tebu yang baru saja dibelah mama. Tapi entah kenapa, sore itu aku tak banyak bicara. Aku hanya memperhatikan wajah mama — kerut di dahinya, matanya yang mulai sayu, tangan-tangannya yang kasar tapi lembut saat menyentuh rambutku.
Aku tidak tahu waktu itu... bahwa semua itu akan menjadi kenangan. Aku tidak tahu bahwa suatu hari, aku akan tumbuh besar dan meninggalkan rumah itu. Aku tidak tahu bahwa mama akan semakin tua, dan aku tak akan selalu ada di sana untuk menyambutnya pulang dari kebun.
Dan kini, saat kota hanya memberi suara bising dan gedung-gedung tinggi, aku ingin kembali ke hari itu. Hari ketika mama pulang dari kebun, membawa tebu dan cinta, saat bapa memasang api dan asapnya menyelimuti rumah — rumah kecil kami yang penuh damai.

di share oleh : Mee Tribe ..... Suku Mee

Post a Comment

0 Comments