AITA, SATU KATA BERMAKNA SAMA DALAM 2 BAHASA BERBEDA
Tulisan ini muncul sebagai tanggapan atas pemahaman banyak orang Mee, bahwa kata AITA yang artinya “bapa” dalam bahasa Mee dianggap sebuah kata yang diadopsi/diserap/diambil dari Bahasa Moni yang memang AITA artinya Bapa. Kata AITA digunakan oleh orang Mee beragama Katolik Roma dalam Tanda Salib untuk menyebut Allah Bapa, yakni “Aita ma Yokaibo ma Roh Santa ma Ekaidaiga, Amin.” Menurut teman saya, Luis Yatipai yang bisa berbahasa Moni dan Mee (bilingual), kata AITA dalam bahasa Moni memiliki arti umum untuk menyebut bapa kandung dan Allah Bapa. Menurut dia, orang Moni juga menggunakan kata AITA dalam Tanda Salib, yakni “Aita nee, Juu nee, Roh Kudus nee, ui ejenggaka… amin.”
Asumsi banyak orang Mee itu bisa dibenarkan jika mengacu pada Kamus EKAGI-DUTCH-ENGLISH-INDONESIAN DICTIONARY yang ditulis oleh Pater J. Steltenpool. Karena dalam kamusnya (seperti yang saya copy-paste di bawah ini), misionaris Katolik Roma itu menulis arti AITA dalam kurung (sebenarnya bahasa Moni) : bapa, dikatakan oleh anaknya.
aita: 1. (eigenlijk Monisch) = ete (NoordM)
= tai (Zuid-M): vader, gezegd door
het kind - (really Moni) = ete (NorthM)
= tai (South-M): father, said by
the child - (sebenarnja bahasa Moni):
bapak, dikatakan oleh anaknja
Judul tulisan ini “AITA” SATU KATA BERMAKNA SAMA DALAM 2 BAHASA BERBEDA,” artinya kata AITA merupakan satu kata yang terdapat dalam bahasa Mee dan juga ada dalam bahasa Moni dengan arti yang sama, yakni AITA artinya BAPA. Tetapi ada perbedaannya yang saya mengklasifikasikan, yakni AITA bahasa Mee sebagai “akar kata,” sedangkan AITA dalam bahasa Moni merupakan salah satu “kata dasar.”
Jadi kata AITA dalam bahasa Mee bukan salah satu kata yang diserap/diambil dari Bahasa Moni, demikian pun kata AITA dalam bahasa Moni bukan diserap/diambil dari bahasa Mee. Hal yang sama dengan kata AITA, kata KOMA dalam Bahasa Mee terdapat juga dalam bahasa Amungme/Damal dengan arti yang sama yakni perahu, mobil, pesawat dll. (Catatan: Bahasa Amungme dan bahasa Damal sama, hanya beda dialek).
Terkait judul di atas, bahasa Moni dan bahasa Mee berada dalam satu keluarga bahasa. Yusuf Sawaki, Dosen Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Papua, Manokwari dalam artikelnya “Meropong Tipologi Bahasa-bahasa di Papua” mengatakan, bahwa bahasa-bahasa di Pegunungan Tengah, termasuk Bahasa Mee, Moni, Amungme/Damal, Dani, Mek dan lain-lain merupakan satu keluarga bahasa yakni Trans New Guinea. Salah satu ciri keluarga bahasa adalah adanya sejumlah kata yang memiliki kesamaan/kemiripan dalam ucapan, tulisan dan arti. Dengan demikian, kata AITA adalah salah satu kata dalam bahasa Mee dan juga salah satu kata dalam bahasa Moni; demikian pula dengan kata KOMA dalam bahasa Mee dan bahasa Amungme/Damal.
Lantas, apa itu “akar kata” yang disinggung di atas? Menurut Kamus Linguistik Indonesia, akar kata adalah inti kata yang mengandung makna inti dan menjadi dasar pembentukan kata yakni proses pengimbuhan seperti awalan, akhiran dan modifikasi vokal (perubahan huruf vokal dalam bentuk kata). Sementara dikutip dari English Language Education Study Program, Universitas Negeri Makassar, bahwa kebanyakan dari akar kata tidak dapat berdiri sendiri secara bermakna.
Selanjutnya menurut saya, semua kata sapaan status hubungan keluarga dalam bahasa Mee bukan kata dasar melainkan terbentuk dari akar kata. Proses pembentukannya, unsur kata ganti kepemilikan (possessive pronouns) dapat termodifikasi vocal dalam kata ganti orang, sehingga terjadi perubahan bunyi vocal di dalam kata sapaan status hubungan keluarga tersebut. Contoh gabungan dari kata ganti orang dan kata ganti kepemilikan adalah: ani ya, aki ya, inai ya dan lain-lain yang selanjutnya dapat bergabung dengan kata sapaan dalam status hubungan keluarga dimaksud.
Contoh :
ANI + YA + AITA = ANI YA AITAA berubah menjadi ANAITAI.
AKI + YA + UKA = AKI YA UKAA berubah menjadi AKUUKAI.
Lebih jelasnya ikuti uraian berikut ini:
AITA = Bapa
AITA merupakan satu-satunya akar kata penyebut status hubungan keluarga yang dapat berdiri sendiri secara bermakna seperti yang ada dalam Tanda Salib tersebut. Sedangkan akar kata sapaan yang lain tidak dapat berdiri sendiri secara bermakna tanpa mendapat imbuhan atau tanpa ada kata pendampingnya.
Perhatikan pembentukan kata sapaan AITA dalam penggabungan dengan kata ganti orang berikut ini :
Ani ya (anaa) aitaa = Anaitai/naitai (bapa kandungku), Anaita (Bapa lain yang ada hubungan dengan bapaku).
Aki ya (akaa) aitaa = Akaitai (bapa kandungmu), Akaita (Bapa lain yang ada hubungan dengan bapamu).
Inii ya aitaa = Iniitai (kami punya bapa kandung), Iniita (Bapa lain yang ada hubungan dengan kami punya bapa).
Inai ya aitaa = Inaitai (kami 2 punya bapa kandung), Inaita (Bapa lain yang ada hubungan dengan kami 2 punya bapa).
Ikai ya aitaa = ikaitai (bapa kandung kamu 2), Ikaita (Bapa lain yang ada hubungan dengan kamu 2 punya bapa).
Ikii ya aitaa = Ikiitai (bapa kandung kamu), Ikiita (Bapa lain yang ada hubungan dengan kalian punya bapa).
Okai ya aitaa = Okai nakamee (Dia punya bapa kandung).
Okei ya aitaa = Okei nakamee (Mereka punya bapak kandung).
Okeyai ya aitaa = Okeyai nakamee (Mereka 2 punya bapa kandung).
Catatan: 1) Dalam kata Anaitai, Akaitai, Iniitai, Ikiitai dll semuanya terdapat AITA sebagai akar kata. 2) Kata AITA berubah menjadi AITAA ( huruf “A” rangkap di akhir) sebagai akibat dimasukinya kata ganti kepemilikan di depan kata AITA. Hal itu sama dengan contoh kata benda “piya” (pohon/kayu) yang dimasuki kata ganti kepemilikan di depannya maka berubah menjadi “ani ya piyaa.” 3) Untuk kata ganti orang ketiga tunggal (dia), jamak (mereka) dan kata ganti dual kedua (ikai) dan dual ketiga (okeyai) proses pembentukannya tidak termodifikasi vocal seperti kata ganti lainnya. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
UKA = MAMA
UKA merupakan akar kata yang membentuk kata sapaan kepada mama. Kata yang terbentuk adalah Anoukai/noukai – Akuukai/akuuka – Iniiukai/iniiuka - Ikiiukai/ikiiuka – inoukai – ikaukai-; Okai ukamee, Okei ukamee, okeyai ukamee.
Ani ya (anaa) ukaa = Anoukai/noukai (mama kandungku), Anouka (Mama lain yang ada hubungan dengan mamaku).
Aki ya (akaa) ukaa = Akuukai (mama kandungmu), Akuuka (Mama lain yang ada hubungan dengan mamamu).
Inii ya ukaa = Iniiukai (kami punya mama kandung), Iniiuka (Mama lain yang ada hubungan dengan kami punya mama).
Inai ya ukaa = Inoukai (kami 2 punya mama kandung), Inouka (mama lain yang ada hubungan dengan kami 2 punya mama).
Ikai ya ukaa = ikaukai (kamu 2 punya mama kandung), Ikauka (Mama lain yang ada hubungan dengan kamu 2 punya mama).
Ikii ya ukaa = Ikiiukai (kalian punya mama kandung), Ikiiuka (mama lain yang ada hubungan dengan kalian punya mama).
Catatan: Dalam kata Anoukai, Akuukai, Iniiukai, Ikiiukai dll semuanya terdapat UKA sebagai akar kata. Penjelasan atas perubahan UKA menjadi UKAA (huruf “A” rangkap) sama dengan perubahan AITA menjadi AITAA.
AMA = PAMAN
AMA merupakan akar kata yang membentuk kata sapaan Anaamaa/naamaa – Akaamaa – Inaamaa - Ikaamaa, Okai amaka – Okei amaka.
Catatan : Dalam kata Anaamaa/naamaa – Akaamaa – Inaamaa - Ikaamaa, Okai amaka – Okei amaka terdapat kata AMA sebagai akar kata. Proses pembentukan dan artinya sama dengan AITA dan UKA di atas.
ONE = Keponakan
ONE merupakan akar kata yang membentuk kata sapaan Anoone/Noone – Akoone – Inoone – Ikoone – Okai Onemee – Okei Onemee.
Catatan : Dalam kata Anoone/Noone – Akoone – Inoone – Ikoone dll terdapat kata ONE sebagai akar kata. Proses pembentukan dan artinya sama dengan AITA dan UKA di atas.
Telah disebutkan di atas, bahwa salah satu ciri keluarga bahasa (seperti bahasa Moni, Mee, Amungme dll) adalah adanya sejumlah kata yang memiliki kesamaan/kemiripan dalam ucapan, tulisan dan arti. Oleh karena itu, sebelum diambil kesimpulan, terlebih dahulu kita perhatikan kesamaan/kemiripan dalam penggunaan kata AITA dengan unsur kepemilikan dalam bahasa Moni (menurut kawanku bilingual Luis Yatipai) dan dalam bahasa Mee berikut ini:
Saya punya bapa : Anaitai (Mee); Aitaaoo (Moni).
Anda punya bapa : Akaitai (Mee); Akaitaaoo (Moni).
Kalian punya bapa : Ikiitai (Mee); Igii Aitaaoo (Moni).
Kami punya bapa : Iniitai (Mee); Ii Aitaaoo (Moni).
Mereka punya bapa : Okei namakee (Mee); Uii Aitaaoo (Moni).
Dia punya bapa : Okai nakamee (Mee); Okoo Aitaaoo (Moni).
KESIMPULAN
Dalam tata bahasa Mee, kata sapaan dalam status hubungan keluarga tidak bisa berdiri sendiri sebagai kata yang memiliki makna tanpa termodifikasi vocal dengan kata ganti kepemilikan (possessive pronouns). Orang Mee tidak bisa menyapa AMA kepada paman atau UKA kepada mama, dll.
AITA dalam bahasa Mee merupakan akar kata unik. Karena sebagai akar kata, tidak dapat digunakan dan tidak memiliki arti sebagai kata untuk menyebut bapa tanpa adanya unsur kepemilikan; tetapi nyatanya AITA bisa berdiri sendiri secara bermakna. Sedangkan akar kata yang lain tidak bisa berdiri sendiri secara bermakna dan hanya dapat bermakna apabila dilekati oleh imbuhan atau diikuti oleh kata ganti orang.
Adanya huruf vokal “a” rangkap (aa) pada akhir kata AITA menjadi AITAA. Hal itu terjadi sebagai akibat dimasukinya unsur kata ganti kepemilikan di depan kata AITA/UKAA.
Kata AITA merupakan satu kata bermakna sama yakni “bapa” yang ada dalam bahasa Moni dan juga dalam bahasa Mee. Tetapi berbeda dalam klasifikasi dan penggunaannya, yakni AITA dalam bahasa Mee sebagai “akar kata,” sedangkan dalam bahasa Moni, AITA merupakan “kata dasar.” Jadi kata AITA dalam bahasa Mee bukan diambil dari Bahasa Moni, demikian pula kata AITA dalam bahasa Moni bukan diambil dari bahasa Mee. Hal itu sama dengan kata KOMA dalam bahasa Mee dan bahasa Amungme tersebut. Satu kata bermakna sama dalam 2 bahasa berbeda itu terjadi karena bahasa Amungme/Damal, Mee dan Moni berasal dari satu keluarga bahasa yakni Trans New Guinea. Hal ini diperkuat dengan adanya kemiripan dalam pengguanaan AITA berbahasa Mee dan Moni seperti contoh di atas.
Terkait penggunaan kata AITA dalam Tanda Salib orang Mee Katolik, bagi saya tidak masalah untuk tetap digunakan dengan catatan mengubah sedikit yakni perlu menambahkan kata “IBO” menjadi “IBO AITA MA…” Atau jika hendak diubah maka saya usul “IBO INIITAI MA…”
Sekian!
Mowanemani, 27 Januari 2023
TTD
MARSELUS DOU
Di share oleh #Mee, #TribeMee, #SukuMee, #BahasaSukuMee, #MeeManaGimo



0 Comments